Minggu, 26 November 2017

CHILDHOOD Part 9 - Sebab Cinta membumi bersama Atha

Oktober telah berlalu, sejenak lagi aku kan tiba pada waktu yang ku nanti, bertemu Jo. Perihal perasaan, aku tidak pernah menentukan, sebab rasa timbul pasti atas izin-Nya.

Joshua yang hadir pertama pada umur yang kian dini, membuatku nyaman dengan segala sikap selama umurku berkepala dua. Atha yang secara tiba-tiba muncul dengan wajah dan karakter yang sama dengan Joshua. Aku tidak pernah tahu, bagaimana aku harus bersikap, sebab temu menjadi candu hingga kini tak mau hilang dan terus membumi.

Terkadang ada rasa bersalah kepada Atha, membuat sebab pesan panjang yang ia kirimkan bulan lalu membuat ku bertanya, apakah tindakanku salah selama ini. Bersikap demikian kepada Atha, hingga membuatnya nyaman begitu dalam.

Aku belum pernah bercerita kepada Atha tentang Joshua. Hingga ia menanyakan untuk pertama kali.

"Rum, Joshua itu siapa sih?" tanyanya.

"Sahabat, ya sama kayak kamu gini Tha, kenapa memang?," jawabku.

"Gak papa, dirumahku yang aku tempati, banyak sekali poto mu bersama dia di kamar atas." jawab Atha.

Aku mendengar jawaban itu semakin membuatku terkejut. 

"Rum, hei!!," Atha mengagetiku.

"Iya Tha, kenapa?" 

"Ya jawab pertanyaanku," jawab Atha.

"Joshua itu sahabat dari kecil, kemana mana bareng, keluarganya dekat sekali dengan keluargaku. Lalu, ia harus pindah rumah ke Jogja," jelasku.

"Kamu sayang dia?," tanyanya dengan raut wajah serius.

Aku hanya terdiam dengan pertanyaan yang membuatku bingung tersebut. Bahkan, aku pun tidak tau bagaimana perasaanku pada Jo.

-----------
Atha menjadi berubah sikap kepadaku setelah tahu, bahwa Joshua adalah sahabat yang spesial untukku. Atha menjadi lebih perhatian, lebih dekat, dengan maksud ingin menunjukkan.

Atha sepertinya paham bahwa aku rindu Joshua, Atha paham bahwa Desember nanti, aku akan pergi ke Jogja. Atha semakin mendesakku.

"Rum, beneran akhir tahun, kamu gak nemenin aku?" tanyanya.

"Maaf Tha, aku dan keluarga mau ke Jogja, ke rumah Joshua, silaturahmi kesana. Sudah lima tahun, kami tidak bertemu." jawabku

Sangat terlihat jelas, bahwa Atha tidak nyaman dengan jawabanku. Atha ingin aky tidak pergi, dan tetap di Jakarta, Desember nanti. Atha sore itu mengajakku pergi ke taman, bersepeda bersama. Atha berbeda, menatapku dengan jeli kala itu.

"Rum, aku pengen ngomong serius sama kamu, kayaknya aku mulai jatuh cinta," jelasnya.

"Haha, seserius itukah Tha, sampe mata kamu ga kedip ngeliat aku." jawabku sambil tertawa.

"Rum, aku lagi ga becanda. Apa aku salah, jika aku mencintai wanita yang ku anggap ia teman biasa sebelumnya?."

"Tidak," timpalku.

"Apakah aku salah menjaga dengan baik bagaimana hubungan pertemananku dengan dia sebelumnya?," jelasnya.

"Tidak," jawabku.

"Apakah aku salah, jika wanita yang aku cinta itu, kamu?," ucapnya sambil memandangku lebih dalam.

"Yuk, Tha pulang, udah sore nih." jawabku.

Aku mencoba menghindar tiap kali Atha menanyakan hal demikian. Sore itu, 30 November yang semakin membuatku bingung akan keadaan.

Malam harinya, aku mengirim pesan kepada Atha,

"I'm sorry for my fault to you. I know about your feeling, but I'm not ready yet, if you ask me about that. Once again, I'm sorry if you dissapointed to me. Believe, till whenever I am your best friend.

~~~~~




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dream, Wake up, Prove It!

Di setiap kehidupan, Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap manusia untuk bahagia. Definisi bahagia, salah satunya adalah dapat m...