Minggu, 26 November 2017

CHILDHOOD Part 11 - Hati bagai runtuh

Saat tiba di depan sebuah ruangan, ibu Jo menatap kami dengan pandangan yang dalam mengisyaratkan bahwa kami harus siap. Pintu dibuka dan seraya aku langsung bersimpuh lemas. Sama sekali tidak terlintas di pikiranku.

Joshua yang aku kenal, sedang berbaring dengan kabel dimana-mana, dengan mata terpejam, tubuh yang kurus, dan wajah yang pucat. Aku menangis tak terkontrol. Seharusnya aku bertemu dengannya dan main bersama. Namun, bayanganku jauh beda dengan realita

Ibu, ayah dan orangtua Joshua, coba menenangkanku. Jadi selama ini, Joshua benar-benar mencoba menyembunyikan semuanya dari aku. Ibu Jo menjelaskan bahwa Joshua terserang kanker laring stadium 3. Sejak SMA, Joshua mencoba rokok dan kejadian itu berulang kali ia lakukan secara sembunyi-sembunyi dari ayah dan ibunya, bahkan aku pun tidak tau bahwa Joshua merokok.

Kelas 3 SMA, Jo mulai mengeluh batuk yang cukup lama, dan di dalam kerongkongan, banyak lendir, ibu dan ayah Jo pergi ke Laboratorium, untuk mengetahui penyakit yang Joshua derita. Ternyata, saat kelas 3 SMA, ia sudah memasuki stadium 2.

Itulah alasan mengapa Jo pindah ke Jogja, supaya mendapatkan penanganan lebih intensif. Hingga ia menjalani berobat jalan, selama satu bulan haru rutin tiga kali kontrol. Justru, Joshua sempat stres, kelelahan, dan menjadi penyebab kanker tersebut semakin mudah berkembang.

Hingga pada akhirnya, dokter meminta untuk mengambil tindakan operasi, sebab hal yang ditakutkan adalah, kanker semakin menjalar ke organ tubuh yang lainnya. Saat akan operasi, keluarga diberi dua pilihan, Jo tidak operasi, namun umurnya tidak panjang, atau Jo harus operasi, namun pita suaranya hilang.

Dua pilihan yang sangat sulit bagi mereka, hingga akhirnya Jo memutuskan untuk operasi. Setelah operasi, keadaan Jo mulai membaik, walaupun tidak dapat berbicara, kehilangan jakun, dan hidung harus digantikan dengan alat buatan yang diletakan di leher bagian depan.

"Joshua sudah hampir tiga minggu koma, ditunggu oleh ayahnya. Om dan tante sangat meminta maaf karena telah menyembunyikan hal tersebut, namun itu adalah permintaan Joshua. Handphone selalu dibawa om nak, saat 17 September kemarin, hanphone Jo berbunyi, reminder bahwa itu adalah hari ulang tahunmu. Hingga akhirnya, om yang mengirimkan SMS itu untukmu," Ayah Jo menjelaskan.

Tak hentinya aku menangis, duduk di sampingnya dan meminta izin kepada orangtua Jo untuk menginap di rumah sakit menemani Jo. Hingga akhirnya Jo sadar, sambil melihatku yang sedang tertidur, mengusap kepalaku. Aku merasakan hal yang sama persis dengan 5 tahun yang lalu, aku terbangun, dan kami berdua saling meneteskan air mata.

Untuk berkomunikasi, Jo harus menulis di secarik kertas dan pena yang sudah disiapkan di samping tangannya. Jo menuliskan, "Rum, apa kabar, aku rindu." Aku benar-benar menjadi wanita tercengeng  saat itu.

Bagaimana tidak, aku yang setiap hari berfikiran bahwa Joshua lupa denganku, aku sempat kecewa, marah. Ternyata, aku salah besar,  Joshua sakit parah hingga demikian. Joshua mengusap air mataku dan membuka mulutnya mengucap "jangan nangis, aku bahagia bisa ketemu kamu." Meskipun tak bersuara, aku paham itu.

Rencana ayah yang lima hari di Jogja, di perpanjang menjadi dua minggu lamanya, setelah tau keadaan Joshua demikian. Tiap malam aku menjaga Jo, jika waktu solat, aku disampingnya, membaca Al-Qur'an dan berdzikir. Joshua, hanya mengamatiku, sebab ia berbeda cara ibadah denganku.

Itulah salah satu alasan, mengapa aku dan Jo tidak bersatu, kami berbeda keyakinan, kami saling mencintai, kami saling mengetahui, namun kami juga paham bahwa jika kami bersatu, itu adalah larangan.

Jo setiap hari melihatku melaksanakan solat, mengaji, dan berdzikir. Dan malam itu, tiba-tiba ia meraih tanganku saat aku mengaji, dan mengucapkan isyarat, "aku ingin masuk islam."

Tak usah di jelaskan, aku terkejur bercampur bahagia.

---------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dream, Wake up, Prove It!

Di setiap kehidupan, Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap manusia untuk bahagia. Definisi bahagia, salah satunya adalah dapat m...