Dunia baruku sudah ku mulai, jenjang kuliah dengan segala kesibukan baru, OSPEK, teman baru, kontrak kuliah, dan lain sebagainya. Aku tetaplah Cinta yang selalu menunggu Jo.
Kami tetap mengusakan untuk tetap berkomunikasi ditengah padatnya kesibukan kami berdua. Jo tetap perhatian padaku, tetap menjadi pria yang spesial untukku. Memang benar, bahwa sahabat sejati tetap dekat walaupun jauh pada jarak.
Tepat pada Tahun Ajaran baru, yang seharusnya aku dan Jo menikmati libur panjang, justru kami tetap sibuk di kampus, sebab kami ikut serta menjadi anggota BEM yang harus membantu agenda pengenalan lingkungan kampus.
Di kampusnya, Jo menjadi kakak senior yang digemari oleh adik tingkatnya. Bagaimana tidak, Jo memang tidak begitu tampan, namun memiliki daya tarik tersendiri pada wajah dan cara ia bersikap.
Aku mulai tidak begitu respect ketika melihat beranda Facebook Jo, dipenuhi oleh mahasiswa - mahasiswa baru yang cantik dan menarik. Mereka menjadi seperti fans nya Joshua, selfie bersama Jo, kemudian memposting di sosial media dan menandai Jo.
Hatiku entah mengapa merasa tidak nyaman dengan semua itu. Memang kini, Jo terlihat lebih keren dibandingkan dia yang dulu aku kenal. Aku hanya menikmati keadaannya dari kejauhan, Jo terlihat nyaman menanggapi para mahasiswa baru yang mendekatinya.
Jika manusia boleh marah ketika kecewa, namun tidak dengan aku. Aku hanya diam, sebab aku bukan wanita yang lebih menarik dibandingkan mereka. Aku tidak bisa berdandan, apalagi memakai eyeliner yang ribet itu. Aku hanya wanita yang doyan memakai baju gamis, jilbab polos dan hanya memakai lipstik dengan polesan tipis saja.
Semakin hari, Jo mulai bersikap beda. Ia tidak lagi begitu sering memberiku kabar, meskipun weekend dan tanggal merah sekalipun. Aku bertambah kecewa, menahan untuk terus diam, diam, dan diam.
Kami tetap mengusakan untuk tetap berkomunikasi ditengah padatnya kesibukan kami berdua. Jo tetap perhatian padaku, tetap menjadi pria yang spesial untukku. Memang benar, bahwa sahabat sejati tetap dekat walaupun jauh pada jarak.
Tepat pada Tahun Ajaran baru, yang seharusnya aku dan Jo menikmati libur panjang, justru kami tetap sibuk di kampus, sebab kami ikut serta menjadi anggota BEM yang harus membantu agenda pengenalan lingkungan kampus.
Di kampusnya, Jo menjadi kakak senior yang digemari oleh adik tingkatnya. Bagaimana tidak, Jo memang tidak begitu tampan, namun memiliki daya tarik tersendiri pada wajah dan cara ia bersikap.
Aku mulai tidak begitu respect ketika melihat beranda Facebook Jo, dipenuhi oleh mahasiswa - mahasiswa baru yang cantik dan menarik. Mereka menjadi seperti fans nya Joshua, selfie bersama Jo, kemudian memposting di sosial media dan menandai Jo.
Hatiku entah mengapa merasa tidak nyaman dengan semua itu. Memang kini, Jo terlihat lebih keren dibandingkan dia yang dulu aku kenal. Aku hanya menikmati keadaannya dari kejauhan, Jo terlihat nyaman menanggapi para mahasiswa baru yang mendekatinya.
Jika manusia boleh marah ketika kecewa, namun tidak dengan aku. Aku hanya diam, sebab aku bukan wanita yang lebih menarik dibandingkan mereka. Aku tidak bisa berdandan, apalagi memakai eyeliner yang ribet itu. Aku hanya wanita yang doyan memakai baju gamis, jilbab polos dan hanya memakai lipstik dengan polesan tipis saja.
Semakin hari, Jo mulai bersikap beda. Ia tidak lagi begitu sering memberiku kabar, meskipun weekend dan tanggal merah sekalipun. Aku bertambah kecewa, menahan untuk terus diam, diam, dan diam.
~~~~~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar