Rabu, 15 November 2017

CHILDHOOD Part 1 - Tumbuh dan Menghilang


 


Pagi itu tidak ada yang berbeda, aku mengamati sudut demi sudut ruangan kamar yang sengaja aku hias penuh dengan Love Quotes mungkin karena sesuai dengan namaku, yaitu Cinta Sekar Arumi.

Suasana saat itu mendukungku untuk termangu di bibir jendela kamar dengan ditemani lagu Cover Mike Mohede – Sahabat Jadi Cinta. Lagu lama namun tidak pernah bosan aku mendengarnya. Tiba–tiba, aku tersenyum kecil dan teringat kepadanya. Dia adalah Joshua Christian Lubis, sahabatku sejak kecil hingga saat ini, sebut saja Jo.

Membuatku flashback, dan tertarik untuk melihat album foto yang sudah lama tak aku jamah, berdebu dan warnanya mulai memudar. Kudapati, fotoku bersama Joshua saat TK, bertopi hijau, seragam berompi dan wajah yang masih terlihat menggelikan. Sudah lama tak jumpa, kini Joshua sedang melanjutkan pendidikannya di salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta. Dia, yang selalu kusuka, saat memakai topi secara terbalik, kulitnya hitam manis, dengan mengenakan kaos oblong dan celana jeans pendek.

Lima tahun yang lalu, terakhir aku bertemu dengannya. Lebih dari separuh perjalanan hidupku, ia saksinya. Bagaimana tidak? Rumahnya hanya berjarak 100 meter dari rumahku. Ibuku dan ibunya teman sejak kecil, terbayang sudah, bagaimana kedekatanku dengan Joshua. Apapun yang terjadi pada keluargaku, bahagia bahkan sedih sekalipun, keluarganya yang selalu siap siaga membantu. Meskipun terdapat perbedaan mendasar dari kedua keluarga kami, bukan menjadi sebuah alasan untuk selalu dekat dan saling membantu.

Kuingat dengan jelas, bagaimana semua kejadian aneh, lucu, dan mengesalkan yang terjadi bersamanya. Bermula dari berebut mainan, berkelahi, hujan–hujanan, demam bersama.

Saat itu, kami kelas VIII SMP, aku dan dia bermain sepeda bersama di taman saat hujan dan membuatku terpeleset hingga terjatuh kedalam lubang galian yang cukup dalam. Aku kesakitan hingga pingsan, tangan kananku patah, dan bagian tungkai kiri ku berdarah karena tertancap pecahan gelas kaca di dalam lubang.

“Arum, Rum bangun!,” Joshua mencoba membangunkanku berulangkali dengan wajah  cemas.

Itulah Jo¸ketika semua orang memanggilku Cinta, hanya dia yang memanggilku Arum, supaya berbeda dengan yang lain, katanya.

Karena, sekitar hampir tiga menit, aku tidak sadar. Joshua mengangkatku dan berlari bersama derasnya hujan, beruntungnya jarak rumahku dan taman hanya sekitar 300 meter saja. Sesampainya dirumah,
           
“Permisi tante, aku minta maaf”, ucap Josh dengan pakaian yang basah kuyup dan  raut wajah bersalah.
             
“Iya nak, mengapa Cinta? Astaghfirullah, kakinya luka parah, sini masuk dulu”, ucap ibu dengan raut wajah penuh kecemasan.

Sembari ibuku menunggu dokter tiba dirumah, Joshua menceritakan semuanya kepada ibuku. Ibu tidak marah sama sekali saat itu. Ibu malah meminta Joshua untuk pulang kerumahnya, karena bajunya sudah basah kuyup, ibu takut ia akan sakit.

Joshua dan keluarga memutuskan untuk pindah rumah ke Yogyakarta karena suatu alasan. Kuingat jelas sekali, dua hari setelah hari ulangtahun ku ke–17 tahun, ia berpamitan dengan raut wajah yang sebelumnya belum pernah  ku lihat.
   
“Rum, berapa tahun kita kenal?”, tanya Jo dengan suara lirih.

“Tujuh belas tahun Jo? Kenapa?”, jawabku.

“Ahhhh, tiba-tiba sedih gini. Makasih ya Rum, kamu sahabat yang paham banget sama watakku, aku pamit mau pindah rumah ke Yogyakarta. Kamu jaga diri baik–baik, hati–hati kalo mau pergi kemanapun. Makasih ya Rum, kamu adalah wanita terdekatku setelah mama", Jo menatap mataku dalam dalam.

Yaudah geh Jo, Jogja gak sejauh Amerika kan? kita masih bisa bertemu”, jawabku dengan nada bercanda.
     
“Serius bentar geh Rum, besok aku berangkat ke Yogyakarta, entah kapan balik lagi ke Lampung, disana ada urusan yang urgent ”, Jo makin menatapku serius.

Lima tahun sudah, aku dan Joshua tidak bertemu. Kami masih saling mengusahakan untuk tetap berkomunikasi melalui media sosial. Meskipun, kedekatan kami tidak seakrab dulu. Aku yang sudah sibuk di dunia pekerjaanku sebagai guru, dan Jo yang sibuk dengan studi S2-nya membuat hubungan kami semakin renggang.

Hingga saat ini, Jo tidak pernah memberiku alasan mengapa ia harus pindah ke Jogja dan menetap disana selamanya.

~~~~~~~~~~

1 komentar:

Dream, Wake up, Prove It!

Di setiap kehidupan, Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap manusia untuk bahagia. Definisi bahagia, salah satunya adalah dapat m...