Senin, 20 November 2017

CHILDHOOD Part 4 - Ada kamu dalam bentuk dia

Sebab menaklukan jarak bukan perihal mudah ketika dua tanganmu tak dapat menyentuh, dua matamu tak dapat menatap, dan bahkan kabar pun adalah hal yang mulai awam untuk ditemukan.

Semester lalu, aku meraih IP yang Alhamdulillah cukup memuaskan, 3.70. Pada semester sebelumnya, Jo  memberiku hadiah atas IP yang kuraih, ia mengirimkan sebuah kado Al-Qur'an pelagi dengan sampul berwarna jingga. Kali ini, aku harus paham, bahwa waktu semakin membuat kami menjadi fokus pada sebuah tujuan yang sama, sukses.

Setiap pulang dari kampus, aku melewati rumah Jo yang dulu ia tempati. Ada yang berbeda sore itu, pintu rumahnya terbuka, bersih dan seperti berpenghuni. Aku mulai penasaran, apa mungkin ada orang yang menempati rumahnya. Tak mungkin, tiba tiba aku menghampiri lalu bertanya langsung. Aku langsung berlari menuju rumahku.

"Assalamualaikum ibu," ucapku dengan meraih tangan ibu untuk bersalaman.

"Waalaikumsalam Cinta, kenapa? sepertinya terburu - buru?," tanya ibu penuh heran.

"Bu, apakah ada tetangga baru yang menempati rumah Joshua?," tanyaku.

"Iya, mereka pindah dari Lampung kemari," jawab ibu dengan lembut.

"Terus? rumahnya Joshua dijual bu?," tanyaku semakin penasaran.

"Mungkin iya nak, sebab dua minggu yang lalu, Pak RT kemari ngobrol sama ayahmu, katanya, rumah Joshua sudah dijual sejak dua bulan yang lalu dan akan ditempati oleh keluarga asal daerah Lampung," ibu memaparkan dengan jelas.

"Mmm begitu, terimakasih ibu," jawabku sambil mencium keningnya.

Aku menuju kamar dan semakin bertanya-tanya. Keluarga Joshua menjual rumahnya dengan tiba-tiba. Perasaanku semakin bercampur, senang ada tetangga baru. Sedih sebab kemungkinan lebih kecil untuk Jo kembali ke Jakarta.

Hari Minggu, jadwalku lari pagi di sekitar perumahan. Hitung-hitung bisa bakar lemak dan dapet bonus udara segar. Biasanya aku sendiri saja, ayah dan ibu pergi senam bersama ke perumahan sebelah. Saat aku membuka gerbang rumah.

"Kreek....."
Aku merasa heran, ada suara yang muncul bersamaan dengan suara gerbangku. Saat aku diluar gerbang dan menghadap sebelah kiri rumahku, ada pria yang cukup tinggi, hitam manis, memakai kaos oblong putih polos, celana pendek, dengan sepatu sport-nya.

Aku menatapnya dan menghela nafas dalam-dalam.

~~~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dream, Wake up, Prove It!

Di setiap kehidupan, Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap manusia untuk bahagia. Definisi bahagia, salah satunya adalah dapat m...