Pidi Baiq adalah salah satu nama seniman multitalenta terkenal asal Indonesia.Lahir di Bandung, Jawa Barat 8 Agustus 1972, sosok yang simpel dan apa adanya. Seringkali dipanggil Surayah atau Ayah. Beliau adalah imam besar The Panas Dalam, sebuah band yang memiliki penduduk sebanyak 10 orang. Sekarang beliau tinggal di jalan Anggrek 49 Buah Batu Bandung 4011. Banyak kaula muda yang menggemarinya, tidak alay dan tidak menghilangkan keromantisan pada bahasa.
Pidi Baiq Sebagai penulis novel
dan buku, dosen di salah satu Universitas terkenal yaitu Institut Teknologi
Bandung (ITB), ilustrator, komikus, musisi dan pencipta lagu. Sudah tidak
diragukan lagi kepiawaiannya dalam berseni. Menciptakan berbagai novel yang
kini sudah terkenal di lingkungan, terutama pada kalangan remaja. Berbagai
novel Pidi Baiq, ada beberapa yang saya jadikan favorit, yaitu berjudul “Dia adalah Dilanku tahun 1990” terbit
tahun 2014, Dilan Bagian Kedua: “Dia
adalah Dilanku Tahun 1991”, terbit pada tahun 2015 dan Milea: “Suara dari Dilan”, terbit tahun 2016.
Novel trilogi Dilan dan Milea
yang diterbitkan sebanyak tiga edisi ini, sudah sempat menjadi best seller
di kalangan masyarakat, terutama anak
muda. Pidi Baiq tidak menyangka sebelumnya, bahwa novelnya akan selaris itu. Sebab,
novel ini mengisahkan tentang kisah cinta remaja yaitu Dilan dan Milea yang
saling mencintai namun tidak dapat bersatu. Didalam novel tersebut ditulis
dengan bahasa yang luar biasa romantis. Terutama pada pemeran Dilan, setiap
anak muda terutama kaum wanita yang sudah membacanya akan terbawa suasana baper (bawa perasaan).
Pidi Baiq sangat ahli memainkan
dan memilah kata-kata yang digunakan pada novelnya, padu, selaras, romantis.
Tiga kata itu yang selalu menjadi ciri khas beliau. Beberapa waktu lalu, novel
Dilan dan Milea tersebut diangkat menjadi film oleh Falcon Pictures, yang
awalnya Pidi Baiq sendiri menolak dan tidak setuju jika mengangkat kisah Dilan
menjadi sebuah film. Hingga akhirnya, beliau setuju dengan beberapa
pertimbangan bahwa Pidi Baiq sendiri yang akan menuliskan skenario dan
menentukan pemeran Dilan dalam film tersebut.
Alasan paling kuat, mengapa Pidi
Baiq kurang setuju jika novel karyanya diangkat menjadi film adalah, kebanyakan
film Indonesia yang diangkat dari novel itu sangatlah bagus. Namun, selalu terdapat
perbedaan antara kisah yang ada pada novel dan filmnya. Oleh karena itu, beliau
sempat merasa keberatan jika harus mengangkat novelnya menjadi sebuah film,
sebab akan berisiko mengubah karakter asli Dilan. Saat ini, film Dilan sedang dalam proses
penggarapan.
Selain novel trilogi Dilan dan
Milea, Pidi Baiq menulis berbagai novel yang sempat menjadi best seller di toko
buku, antara lain Drunken Monster,
Drunkenn Molen, Drunken Mama, Drunken Marmut, Al Asbun Manfaatulngawur, dan
lain lain. Berikut ini beberapa kutipan Pidi Baiq yang akan membuat para
pembaca jatuh hati berakali – kali.
“Sekarang kamu tidur.
Jangan begadang. Dan jangan rindu.”
“Kenapa?”, kutanya.
“Berat,” Jawab Dilan. “
Kau gak akan kuat. Biar aku saja.”
– Dilan to Milea, Bandung 1990 –
“Milea, kamu canti,
tapi aku belum mencintaimu. Enggak tau kalau sore, tunggu aja.”
– Dilan 1990–
“Aku tidak akan
mengekangmu, terserah! Bebas kemana Engkau pergi! Asal aku ikut.”
–Pidi Baiq (1972–2098)–
“Bukan Tuhan yang harus kau cari. Tapi jawaban, mengapa kau bodoh
mencari yang sudah bersamamu.”
–Pidi Baiq (1972–2098)–
Tidak ada komentar:
Posting Komentar