Sabtu, 07 Oktober 2017

Joshua, TEMAN rasa CINTA

 Lampung, 01 Oktober 2017





       Pagi itu tidak ada yang berbeda, ku mengamati sudut demi sudut ruangan kamar yang sengaja ku hias penuh dengan Love Quotes mungkin karena sesuai dengan namaku Cinta Sekar Arumi. Suasana saat itu mendukungku untuk termangu di bibir jendela kamar dengan ditemani lagu Cover Mike Mohede – Sahabat Jadi CintaLagu lama namun tidak pernah bosan ku mendengarnya. Tibatiba, ku tersenyum kecil mengingatkan kepada dia, sahabat sejak kecil hingga saat ini, sebut saja Joshua.
     
       Membuatku flash back, dan tertarik untuk melihat album foto yang sudah lama tak ku jamah, berdebu dan warnanya mulai memudar. Ku dapati, fotoku bersama Joshua saat TK, bertopi hijau, seragam berompi dan wajah yang masih terlihat menggelikan. Sudah lama tak jumpa, kini Joshua sedang melanjutkan pendidikannya di salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta. Dia, yang selalu ku suka, saat memakai topi secara terbalik, kulitnya hitam manis, dengan mengenakan kaos oblong dan celana jeans pendek.

        Lima tahun yang lalu, terakhir ku bertemu dengannya. Lebih dari separuh perjalanan hidupku, ia saksinya. Bagaimana tidak? Rumahnya hanya berjarak 100 meter dari rumahku. Ibuku dan ibunya teman sejak kecil, terbayang sudah, bagaimana kedekatanku dengan Joshua. Apapun yang terjadi pada keluargaku, bahagia bahkan celaka sekalipun, keluarganya yang selalu siap siaga membantu.

       Kuingat dengan jelas, bagaimana semua kejadian aneh, lucu, dan mengesalkan yang terjadi bersamanya. Bermula dari berebut mainan, berkelahi, hujan–hujanan, demam bersama. Saat itu, kami kelas VIII SMP, aku dan dia bermain sepeda bersama saat hujan dan membuatku terpeleset hingga terjatuh kedalam lubang galian yang cukup dalam. Saat itu aku kesakitan hingga pingsan, tangan kananku patah, dan bagian tungkai kiri ku berdarah karena tertancap pecahan gelas kaca di dalam lubang.

       “Arum, Rum bangun!” (Joshua mencoba membangunkanku berulangkali dengan wajah  cemas).

       Itulah Josh¸ketika semua orang memanggilku Cinta, hanya dia yang memanggilku Arum, supaya berbeda dengan yang lain, katanya. Karena, sekitar hampir 3 menit, aku tidak sadar. Joshua mengangkatku dan berlari bersama hujan deras, beruntungnya jarak rumahku dan taman hanya sekitar 300 meter saja. Sesampainya dirumah,
            
      “Permisi tante, aku minta maaf”, ucap Josh dengan pakaian yang basah kuyup dan  raut wajah bersalah.
              
       “Iya nak, mengapa Cinta? Astaghfirullah, kakinya luka parah, sini masuk dulu”, ucap ibu dengan suara cemas.

       Sembari ibuku menunggu dokter tiba dirumah, Joshua menceritakan semuanya kepada ibuku. Ibu tidak marah sama sekali saat itu. Ibu malah meminta Joshua untuk pulang kerumahnya, karena bajunya sudah basah kuyup, ibu takut ia akan sakit.

       Joshua dan keluarga memutuskan untuk pindah rumah ke Yogyakarta karena suatu alasan. Ku ingat jelas sekali, dua hari setelah hari ulangtahun ku ke–17 tahun, ia berpamitan dengan raut wajah yang sebelumnya belum pernah  ku lihat.
     
       Rum, berapa tahun kita kenal?”, tanya Jo dengan suara lirih.

       “Tujuh belas tahun Jo? Kenapa?”, jawabku.

       “Ahhhh, tetiba sedih gini. Makasih ya Rum, kamu sahabat yang paham banget sama watak ku, aku pamit mau pindah rumah ke Yogyakarta. Kamu jaga diri baik–baik, hati–hati kalo mau pergi kemanapun. Makasih ya Rum, kamu adalah wanita terdekatku setelah mama", Jo menatap mataku dalam dalam.
        “Yaudah geh Jo, Jogja ga sejauh Amerika kan? Masih bisa ketemu”, jawabku dengan nada bercanda.
       
        “Serius dulu Rum, besok aku berangkat ke Yogyakarta, entah kapan balik lagi ke Lampung, disana ada urusan yang urgent banget”, Jo makin menatapku serius.
             
        Jo tidak pernah mau jujur tentang  alasan mengapa harus pindah rumah ke Yogyakarta.

*BERSAMBUNG*
ODOP 2nd Challenge




2 komentar:

Dream, Wake up, Prove It!

Di setiap kehidupan, Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap manusia untuk bahagia. Definisi bahagia, salah satunya adalah dapat m...