Sabtu, 14 Oktober 2017

CINDE-IKHLAS



    Pada suatu hari, di sebuah desa tinggalah seorang putri bersama ayah, ibu tiri dan tiga saudara tirinya (Ria, Risa, Rita). Putri yang cantik jelita, baik serta dermawan tersebut bernama Cinde-ikhlas. Seperti pada kisah dongeng pada umumnya, Ibu tiri Cinde sangat jahat dan kejam. Semenjak ayah kandung Cinde meninggal, ia kerap disiksa oleh ibunya.
   
    Bukanlah hal yang jarang terjadi, jika Cinde tidak mendapatkan uang saku ke sekolah, tidak diizinkan makan siang, selalu diperintah untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah. Namun, Cinde tidak pernah marah, ia selalu melakukannya dengan ikhlas dan sabar.
    Suatu hari, ketika Cinde sedang mengepel lantai, tiba-tiba saudara tirinya menumpahkan minyak goreng ke lantai dengan sengaja.a

   “Cin, kamu mengepel lantai saja tidak bersih, payah banget sih!”, bentak Ria.
    
   “Kenapa kak? Saya sudah mengepel dengan bersih”, jawab Cinde dengan suara pelan.
  
   “Ini apa? Lantai masih berminyak banget, kalau kamu sampe bikin mama ku terpeleset, saya laporkan ke polisi”, bentak Risa.

   “Iya kakak, maaf", jawab Cinde dengan mengulangi kembali mengepel lantai untuk kedua kalinya.

      Namun, ada satu hal sifat buruk Cinde, ia pelupa. Ia permah melupakan hal yang paling penting dalam hidup, tanggal lahir. Hingga berakibat fatal, dan membuat identitas ijazah SD dan SMP nya berbeda.
      
    Singkat cerita, ada penduduk baru di kota dekat dengan Cinde tinggal. Dia adalah orang kaya, bernama Adipati. Anak tunggal, dan lulusan Kedokteran Universitas Jerman. Ria, Risa dan Rita saling bersaing mendapatkan pria kaya tersebut. Mereka melakukan perawatan salon sebanyak tiga kali dalam seminggu. Cinde yang selalu sibuk bekerja di dapur, ia tidak mempedulikan adanya berita heboh tersebut.
   
   Adipati diminta ayah dan ibunya untuk segera menikah, karena dengan umur yang sudah cukup, dan keadaan ekonomi yang mapan, tidak adalagi hal yang kurang.
      
     Hingga suatu hari, Adipati mengadakan sayembara dan pesta di Gedung Pertemuan yang berlokasi di Pusat Kota pada pukul 8 malam dengan dress code gaun dan memakai topeng.

  Cinde mendengar berita tersebut dan sudah memberi tanda pada kalender hand-phone nya, supaya ia tidak lupa.

   Tepat pada hari dimana acara pesta tersebut dimulai, ketiga kakak tiri Cinde bersaing memamerkan kecantikannya dengan mengenakan gaun baru yang mereka pesan pada desainer terkenal.

    Sedangkan Cinde, ia secara sembunyi mengikuti pesta itu, ia berdandan sesederhana mungkin, mengenakan gaun putih, hijab serta sepatu high heel dan memakai jam tangan milik almarhumah ibunya, namun tidak mengurangi cantik dan manis pada parasnya.

   Kakak tirinya berangkat ke pesta mengendarai mobil pribadinya dua jam lebih cepat daripada Cinde. Sedangkan Cinde, memilih pesan GO-JEK melalui hand-phone nya. Sesampainya pesanan GO-JEK pada pukul 18.30, dalam perjalanan menuju lokasi pesta tersebut, 
         
 "Pak, ayo putar balik segera, saya lupa membawa topeng untuk pesta", ucap Cinde dengan intonasi cepat.
       
 "Neng, ini tinggal separuh perjalanan lagi, sudah sampai di lokasi. Jika kita putar balik, nanti acara pesta selesai", jawab driver ojek tersebut.

    "Tidak akan terlambat pak, saya yakin", jawab Cinde dengan nada meyakinkan.

   Akhirnya, setelah mengambil topeng yang tertinggal, Cinde sampai di lokasi dengan waktu tempuh 90 menit. Ia menjadi sorotan para tamu undangan yang lainnya, sebab kecantikan dan kesederhanaannya berdandan.

       Adipati mengenakan kemeja putih, dasi hitam dan jas hitam. Ia berhak memilih siapapun yang akan ia ajak di lantai dansa malam itu. Setelah itu, Adipati memegang tangan Cinde dengan tiba-tiba dan memberi kode ajakan dansa padanya. 

   Cinde dan Adipati terlihat begitu romantis dan serasi. Tiba-tiba, ia teriak dengan histeris setelah melihat jam tangannya menunjukkan pukul 23.55. Ia tidak akan pulang melebihi pukul 12 malam, karena Cinde akan menemui kesulitan untuk memesan GO-JEK online tengah malam.

   "Maaf, Adipati saya harus pulang sekarang juga", ucap Cinde dengan melepaskan tangannya pada bahu Adipati.
     
 "Mengapa harus terburu-buru? saya belum mengetahui siapa namamu? dimana rumahmu?", jawab Adipati dan terus berusaha mencegah Cinde untuk pulang.
      
   Akhirnya, Cinde berlari menuruni tangga yang begitu landai, tepat di atas irigasi kecil ia berjalan, sepatu sebelah kanan yang ia kenakan, tersangkut di lubang irigasi dan menyebabkan hak pada sepatu tersebut patah.
      
    Singkat cerita, Adipati memutuskan untuk menunda mengumumkan pemenang pada sayembara malam itu. Adipati terus berusaha mencari Cinde tanpa mengetahui alamat dan hanya membawa potongan hak sepatu yang tertinggal pada malam itu.
      
   Hingga tujuh hari lamanya, ia berkeliling kota hingga memasuki desa dan menghampiri rumah satu ke rumah yang lain. Adipati hampir menyerah, namun ia masih merasa penasaran dengan wanita yang ia ajak berdansa pada malam itu. Ibu dan ayahnya hanya memberi batas waktu selama satu minggu untuk menemukan pemilik hak sepatu tersebut, dan jika tidak ditemukan pada hari ke tujuh, maka ibu dan ayahnya akan menjodohkan Adipati dengan anak rekan bisnisnya.
   
   Tiba giliran rumah Cinde, yang didatangi oleh Adipati.
     
   "Permisi tante, apakah memiliki anak gadis?", ucap Adipati dengan santun.

  "Oh, tentu punya, putri saya 3, cantik jelita semuanya, ada apa nak?", jawab Ibu dengan wajah sombong.
    
 "Saya ingin mencoba mencocokkan potongan hak sepatu ini dengan sepatu putri-putri tante", ucap Adipati.
     
    Ketiga kakak tiri Cinde keluar ke ruangtamu daj terkejut ketika melihat Adipati berada dirumahnya. Mereka membawa sepatu yang dikenakan saat pesta. Namun, tidak ada sepatu yang sama persis dengan potongan hak tersebut, bahkan ketiga pasang sepatu mereka tidak ada yang copot hak nya.

  Ibu tiri Cinde sibuk di teras rumah dengan membersihkan sepatu yang ia beli dari pasar loak beberapa hari yang lalu. Ibu tiri Cinde adalah orang yang modis, namun peminat barang-barang antik, walaupun sudah jelek, ia akan melakukan vermak, supaya tetap bisa ia pakai.
    
   Saat Adipati akan berpamitan, ia terkejut melihat sepatu tersebut.
   
   "Maaf tante, itu sepatu siapa?", tanya Adipati dengan penuh keheranan.
     
    "Sepatu saya nak, kenapa?", jawab ibu.
     
   "Bolehkah saya meminjamnya sebentar tante?", tanya Adipati lagi.

     "Tentu".
      
    Setelah Adipati coba memasangkan potongan hak tersebut pada sepatu sebelah kanan. Ternyata, cocok dan pas sekali. Adipati terkejut yang memiliki sepatu itu adalah seorang janda cantik memiliki tiga anak. Namun, ia telah berjanji pada ayah dan ibunya, jika ia menemukan pemilik potongan hak sepatu itu, ia akan segera menikahinya.

      Pada akhirnya, Adipati memutuskan akan menikah dengan ibu tirinya Cinde. Tiga anaknya menangis setelah mengetahui keputusan itu. Tiba-tiba, Cinde keluar ke teras rumah berniat untuk menyapu halaman. Cinde terdiam sesaat dan mendengarkan semua percakapan antara Adipati bersama ibu daj ketiga kakak tirinya. Setelah ia mengetahui semuanya, Cinde berlari menuju kamarnya, dan menangis tersedu. 
    
     Ia tidak marah dengan siapapun, melainkan dirinya sendiri. Sebab, ia sadar itu adalah kesalahan fatal akibat sikap pelupa nya. Ia baru sadar dan ingat, ketika sepulang pesta, ia meninggalkan sepatunya di teras depan rumahnya. Keesokan harinya, ada pemulung yang memungut sampah di rumahnya, sebab sepatu sebelah kanan Cinde sudah tidak hak nya, pemulung mengira itu adalah sepatu yang sudah tidak akan dipakai kembali.

      Dua minggu setelah kejadian, ibu tiri menikah dengan Adipati, dan Cinde tetap berusaha diam meskipun ia adalah pemilik sepatunya. Sebab, jika ia menyampaikan pada ibu tirinya, ia akan dipukuli karena pergi ke pesta tidak berpamitan.

     Akhir cerita, Adipati hidup bahagia bersama wanita yang telah ia pilih menjadi istrinya. Dan Cinde-ikhlas, kini menjadi anaknya Adipati.

SEKIAN
*Dibuat untuk memenuhi tantangan ODOP ke-3

1 komentar:

Dream, Wake up, Prove It!

Di setiap kehidupan, Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap manusia untuk bahagia. Definisi bahagia, salah satunya adalah dapat m...