Minggu, 17 Desember 2017

Terbatas Namun Luar Biasa






Pagi yang dingin, kasur semakin agresif dan membuat diri enggan berpindah darinya. Kamar kost ku masih gelap, bahkan sinar matahari belum terlihat dari ventilasi. Aku bersantai ria, menikmati kemalasan hakiki. Tiba - tiba, handphone ku berdering.

"Halo, apa pray?," tanyaku.

"Heh, kok kamu belum ke kampus?," tanya Pray, salah satu sahabat dekatku di Kampus.

"Lah, sepagi ini ngapain ngampus? bantu satpam jaga gerbang po?", jawabku dengan nada  malas.

"Pagi? melek dulu Na, jangan ngelindur. Sekarang udah jam 8.05 WIB," tegasnya.

"Masya Allah!."

Tanpa berpikir panjang, langsung aku matikan telepon darinya. Segera aku mandi dan berbenah diri menuju kampus. Dengan wajah yang polos tanpa sentuhan make up sekalipun bukan halangan untuk tiba di kampus tepat waktu. Jam kuliah dimulai pukul 08.15 WIB, dan aku tiba di kampus pukul 08.16 WIB. 

Hari itu adalah pertemuan pertama di mata kuliah EYL (English Young Learner). Pelajaran yang membahas cara mengajar Bahasa Inggris kepada anak-anak. Seperti biasa, Dosen menentukan peraturan dan kontrak kuliah selama satu semester kedepan. So far, tidak ada masalah sebab yang aku bayangkan adalah, hanya mengajari Bahasa Inggris kepada anak PAUD, TK atau SD. Namun, semua itu hanya khayalan.

"Okay, in this lesson, I just give you a exercise, not too difficult and not too easy. Are you ready to listen?," ucap Ibu Dosen.

"Yes, ready Mom," jawab aku dan temanku dengan serentak.

"I just want you all to teach English in SLB, make a small group consist of seven person and every group must practice in the different SLB," jelasnya

Secara spontan kami terkejut, harus mengajar Bahasa Inggris di SLB, setiap kelompok harus memiliki alat peraga untuk mengajar dan harus direkam dan dibuat menjadi short film . SLB (Sekolah Luar Biasa), tak pernah terbayangkan sebelumnya, akan bagaimana saat mengajar nantinya. Dua hari kemudian, aku dan kelompok sudah menemukan sebuah SLB di Lampung Timur yang masih terbilang cukup baru.


Sesampainya disana, jantung  kami berdegup melebihi porsi orang normal. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya kami kemari. Beberapa siswa ada yang sedang di psikoterapi hingga teriakannya terdengar diluar, membuat kami semakin gugup. Tiba-tiba ada seorang guru yang keluar dari kantor dan menghampiri kami di tempat parkir. Bapak Bambang namanya, beliau sangat ramah, mengajak kami untuk masuk ke kantor dan berbincang bersama.


"Mahasiswa dari mana? dan ada perlu apa ini?," ucapnya dengan ramah.

"Begini Pak, kami mendapatkan tugas dari kampus untuk mengajar Bahasa Inggris di SLB, dan kami berniat untuk melakukan studi di SLB Harapan Ibu ini Pak," jawab salah satu anggota kelompokku.

"Dengan senang hati kami menerimanya, namun ya begini keadaannya nak. SLB ini masih baru dan siswa nya masih sedikit," jelas Pak Bambang.

Tiba-tiba, Pak Rudi menemui kami. Beliau adalah pemilik SLB Harapan Ibu. Beliau tak kalah ramah dengan Pak Bambang, menceritakan kami mengenai sejarah berdirinya SLB-nya. Di tengah obrolan, aku menangis sesenggukan mendengar cerita beliau. Beliau mendirikan SLB dikarenakan memiliki dua anak, Rita yang berusia kurang lebih 17 tahun dan Ridho berusia 15 tahun. Keduanya sangat Allah sayangi dengan diberikan kelebihan yang orang lain tidak punya. Rita lahir dengan keadaan tulang belakang yang kurang kuat untuk menyangga tubuh. Sehingga, ia hanya bisa berbaring di atas kasur spanjang usianya. Sedangkan  Ridho adalah penyandang tuna grahita, dapat berbicara namun kerja otak sedikit lebih lambat. 

"Saya mendirikan SLB di depan rumah saya sendiri mbak, mas. Dengan tujuan, saya tidak ingin anak-anak yang memiliki kelebihan dari Allah harus merasakan minimnya pendidikan, begitupun kedua anak saya. Saya sangat bersyukur memiliki mereka yang lebih kuat dibandingkan saya. Mereka adalah semangat saya jika saya sedang lelah, sakit dan dalam keadaan apapun saya akan merawat dan menyayangi mereka semampu saya. Saya ingin mencarikan teman untuk Rita dan Ridho belajar dirumah, ya ini SLB Harapan Ibu," tutur beliau dengan mata berbinar-binar.

Ahh, tangis kami bertujuh semakin membuncah, tak mampu lagi dibendung. Pak Rudi menceritakan semua tentang kedua anaknya, yang membuat kami speechless. Kami diajak mendekat menuju ruang kelas tempat dimana mereka belajar. Hari pertama, kami hanya diperbolehkan untuk mengintip lewat jendela. Karena, mereka butuh waktu untuk berkenalan dengan orang baru.

Hari kedua, dimana kami semua sudah siap membawa alat peraga dan video recorder untuk mengajar, kami didampingi dua guru. Mereka memperkenalkan kami kepada murid-murid yang luar biasa dan cara pendekatannya. "Sebab, mengajar peserta didik di sekolah biasa dengan di SLB sangatlah jauh berbeda. Dibutuhkan kesabaran, kasih sayang dan ketelatenan Mbak," jelas salah satu guru.

Ada enam siswa didalam kelas, tujuh karakter pula yang harus kami pahami. Novia, Johan, Ridho, Fitri, Rifki, Juanda. Mereka menyambut kami dengan bahagia. Ada beberapa anak yang berkesan hingga sekarang, Novia adalah anak yang seharusnya sudah SMA, ia cantik dan memiliki kebiasaan mencium tangan dengan siapapun yang ia temui. Sedangkan Rifki, anak ganteng yang pintar dan memiliki cita-cita sebagai pembalap. Kemudian Fitri, bisu dan tuna rungu, ia mengenakan kerudung saat sekolah, dan membuat kami harus mampu menghafal isyarat-isyarat abjad agar bisa berkomunikasi dengannya. Dan yang terakhir adalah Ridho dan Juanda, mereka berdua sama-sama pemalu, namun Ridho memiliki hobi menari, salah satunya gerakan Girl Band-7 Icons (Playboy).

**********

Sayangnya, kami hanya melakukan pengajaran sebanyak empat kali. Selama mengajar, tidak jarang kami meneteskan air mata sebab tingkah laku mereka yang membuat kami terharu, Fitri salah satunya. Hari Jum'at yaitu jadwal mengeksplorasi lingkungan sekitar. Setiap anak diwajibkan membawa bekal, bahkan orangtua diperbolehkan mendampingi. Saat makan bekal bersama, aku melihat satu persatu bekal dan lauk yang dibawa mereka. Ada sosis, mi, daging ayam, dan lain sebagainya. Namun, mataku berhenti saat melihat bekal yang dibawa Fitri, hanya nasi putih, dan dua tahu goreng. Aku mendekatinya dengan mata yang berbinar, berniat menyuapinya, namun ia menolak. Justru sibuk mengusap air mataku dan mengisyaratkan mengajakku makan bersamanya. Wajahnya sama sekali tidak terlihat sedih, ternyata Fitri adalah salah satu murid yang sangat kurang mampu, bahkan setiap hari Jum'at, menu makanannya tidak pernah berubah, kecuali ada wali murid baik hati yang membawakannya makanan.



Hari terakhir, saatnya kami berpamitan kepada mereka. Senang karena tugas kami sudah selesai, sedih juga karena kami harus meninggalkan mereka. Kami masuk kelas dengan wajah yang lesu, melihat mereka untuk terakhir kali. Namun mereka pun demikian, seperti merasakan apa yang kami rasakan. Terutama Rifki dan Novia, anak yang biasanya ceria dan aktif, hari itu mereka lesu, cemberut dan lain sebagainya. Kami berpamitan dengan tangisan yang tak kunjung reda.

"Ibu, jangan,"ucap Novia dengan terbata-bata.

"Jangan kenapa Novia sayang?," tanya Devica, salah satu anggota kelompokku.

"Jangan jauh jauh Ibu," jawabnya lagi.

Kami bersama memeluk Novia, Ridho, Rifki dan yang lainnya. Tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang, spontan aku terkejut dan menengoknya.

"(Fitria lesu menatapku)."

"Mengapa Sayang?," tanyaku dengan isyarat.

"(Jangan pergi, aku sayang Ibu)," Fitri mengisyaratkannya.

Aku menyudutkan lututku di lantai dan memeluknya. Jika ribuan manusia mengeluh karena gagal berusaha. Ada kalanya, belajarlah dari mereka, gagal sempurna namun tidak lelah berusaha. Mereka tidak pernah mengeluh, empat hari bersama mereka membuat kami sadar bahwa begitu kufurnya kami. Selalu mengeluh, merasa menderita, namun sering lupa bersyukur saat bahagia.

Fitri

Saatnya mengumpulkan tugas di kampus, mempresentasikan dan bertukar pengalaman bersama teman-teman. Suasana kelas menjadi penuh tangis, menyadari bahwa diri memiliki kelebihan namun kurang digunakan. Dugaan kami sebelumnya, SLB adalah sekolah mengerikan. Setelah kami bertemu mereka, anggapan kami berbalik 360 derajat, SLB benar-benar sekolah yang amat sangat luar biasa. Ada murid yang luar biasa, menguji kesabaran namun pandai menyembunyikan kesedihan.

Semoga kalian kelak menjadi anak-anak penerus bangsa yang membanggakan, Aamiin Ya Robbalalamin.


*** SEKIAN ***

Untuk melihat keceriaan mereka, silahkan buka link dibawah ini :)


Eksplorasi Lingkungan Sekitar
Novia sedang belajar bersama Anggun

#TantanganODOPFiksi3

33 komentar:

  1. MasyaAllah ... Pengalaman yg luar biasa!

    BalasHapus
  2. Luar biasa....menyadarkan kita perlunya mensyukuri nikmat

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pak bari semangat jalani hidup πŸ–’

      Hapus
  3. luar biasa, dan sgt luar biasa.. (y)

    dikit aja, huruf kapital dan kecil msh kebalik-balik, penulis di (tempat dan awalan jg) ada yg keliru.. keren mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mba dwi, atas sarannya πŸ’œπŸ’œ

      Hapus
  4. Saya terharu biru membacanya, Mbak...

    BalasHapus
  5. pas ngebaca ini jadi malu...

    Laksana tikus mati di lumbung padinya

    BalasHapus
  6. Mba atina, kalo boleh. Saya mnta pngalaman mba sama tman" mngenwi Slb versi buku ya mba hihi
    Saya pernah baca ttg HIV dan itu bnar" mrubwh mindset saya. Termasuk crita pendek inih mbaa.. πŸ˜’πŸ™

    BalasHapus
    Balasan
    1. mba ren, membuat buku bener2 salah satu impian. doakan dan mohon dukungannya mba ren ��

      Hapus
  7. Masya Allah, pengalaman yang luar biasa. Sedih, haru, bahagia bercampur jadi satu.

    BalasHapus
  8. MasyaAllah keren bangett kak, sedih trus jadi nyadar juga, luar biasa kakkπŸ’™

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah si jago cerpen memuji but makasih kak safina πŸ’œ

      Hapus
  9. Loh kannn saya sampai nangis bacanya. πŸ™ makasih mbak, bermanfaat sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. kembali terimakasih mba laila πŸ˜‚ ini saya bikin juga sambil nangis

      Hapus
  10. MasyaAllah...
    Pengalaman yg luar biasa mbk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, benar benar merasa terpukul memang mba inget mereka

      Hapus
  11. Meleleh air mataku 😭😭😭

    BalasHapus
  12. Masyaallah, Allah yang menggariskan dan Allah yang menguatkan. Orang-orang pilihan dengan kesabaran yang luar biasa yang dimampukan Allah mendampingi adek-adek luar biasa ini :')

    BalasHapus
  13. Masyaa allah keren, barakallah semoga pengalaman yang indah ini terus menginspirasi 😍

    BalasHapus
  14. Masya Allah, beruntungnya bisa berada ditengah-tengah mereka

    BalasHapus

Dream, Wake up, Prove It!

Di setiap kehidupan, Tuhan selalu memberi kesempatan kepada setiap manusia untuk bahagia. Definisi bahagia, salah satunya adalah dapat m...